MEDIAJAWATIMUR- PMII bukan partai politik. Tetapi PMII harus bersikap dalam momentum politik. Keberadaan PMII mesti menjadi jawaban dari segala masalah terjadi. Pilgub pada dasarnya hanya soal politik, tetapi jika tidak ada sikap, akan menjadi liar dan menghasilkan banyak problem.
Belajar dari Pilgub di Jakarta, maka pilgub di Jawa Timur harus teduh, sejuk dan kondusif. Sebagai basis dari nahdiyyin, Jawa Timur menjadi harapan sebagai teladan atas pelaksanaan momentum politik.
Lagi lagi pilgub di Jawa Timur dapat diibaratkan dengan pertandingan el Clasico antara Khofifah Indar Parawansa melawan Syaifullah Yusuf. Sebagaimana Real Madrid dan Barcelona terdapat pendukung fanatiknya. Dari dulu hingga sekarang, saat selesai pertandingan el Clasico entah yang manapun yang kalah atau menang, selalu tersisa cacian antar pendukung. Suasana panas dan tidak kondusif.
Cacian dan ujaran kebencian tak menarik untuk harmoni kebangsaan. Faktanya hoax itu menguat saat momentum politik. Data kompas yang melakukan survey pada masyarakat telematika indonesia (master) secara daring terhadap 1.116 responden pada tanggal 7-8 Pebruari 2017 dapat dinarasikan bahwa, hoax terjadi pada peristiwa politik dengan angka 91,8 persen dan disusul dengan SARA yang mencapai 88,6 persen, lalu masalah kesehatan 41,2 persen, makanan dan minuman 32,6 persen, penipuan 24,5, IPTEK dengan jumlah 23,7, berita duka 18,8, candaan 10,3 bencana alam 17,6 dan lalu lintas 4,0.
Cukup disayangkan jika yang terjadi di Jakarta terjadi pula di Jawa Timur. Jawa Timur adalah lumbung pesantren yang kuat nilai tawadhu' dan akhlak. Orang yang tawadhu' tak akan mempunyai kemampuan membenci. Karena yang berbeda dengan dirinya, ia tetap berpegang teguh pada kata kata terkenal dari Imam Syafi'ie: bisa jadi perkataanku benar, tetapi kemungkinan salah. Perkataan orang lain salah, kemungkinan benar.
Orang yang mempunyai akhlak adalah mereka yang santun dalam segala hal. Tidak gampang menjelekkan dan mencaci. Dapat menahan emosi dan tingkah laku agar terhindar dari perilaku yang dapat menyinggung orang lain.
Pada kenyataan sejarah, PMII Merupakan Bagian Penting dr NU yg di lahirkan hasil ijtihad para Ulama dan Kyai NU, NU dan PMII dilahirkan di Surabaya. NU pada 1926. PMII pada 1960. Sehingga PMII menjadikan Ahlusunnah wal Jamaah sebagai ruh organisasi. Tata cara beribadah dan bermuamalah dengan panduan dan tuntutan aswaja. Bahkan dalam perilaku sosial, terdapat beberapa nilai nilai yang menjadi prinsip. Meliputi, tawazun(seimbang) tawassuth (moderat), tasammuh(toleran) dan i'tidal (adil).
Tawassuth dan i'tidal merupakan prinsip yang menjunjung tinggi berlaku adil. Tasammuh mengandakan toleran terhadap perbedaan pandangan. Sementara tawazun berarti menyeimbangkan diri kepada Allah, manusia serta lingkungan hidupnya.
Sebagai bagian dari ruh PMII, Aswaja memiliki lipatan sejarah yang cukup panjang. Menjadi pembeda dari mu'tazilah yang cenderung rasional. Jabariyah yang cenderung fatalist. Syiah yang terlalu cinta berlebihan kepada Ali atau Khawarij yang merupakan barisan yang keluar dan menganggap Ali memiliki dosa besar.
Bagi kader PMII, prinsip aswaja harus menjadi alat analisa untuk Pilgub Jatim. Jika terdapat elemen PMII yang menganggap bahwa yang tidak sama dengan dirinya diragukan ke PMIIannya, maka bisa jadi telah tumbuh semangat khawarij dalam elemen tersebut. Ataupun bila terlalu dalam mencintai paslonnya hingga mengakibatkan fanatisme buta, telah memiliki syiah di dalam dirinya. Aswaja mengajarkan yang sewajarnya saja. Yang sedang sedang saja. Dalam suasana politik apapun, Gus Dur telah mengajarkan bahwa yang lebih penting dari politik adalah kemanusiaan. (ja/red)
Ketua Umum PKC PMII Jawa Timur
Tidak ada komentar:
Posting Komentar